Iman kepada hari akhir merupakan perkara yang sangat penting dan begitu
ditekankan dalam banyak ayat al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Setiap jiwa pasti akan merasakan mati. Dan sesungguhnya balasan atas
kalian akan disempurnakan kelak pada hari kiamat. Barangsiapa yang diselamatkan
dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah beruntung.
Tidaklah kehidupan dunia itu melainkan kesenangan yang menipu.” (QS. Ali
‘Imran: 185)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya
kematian yang kalian berusaha lari darinya itu pasti akan menemui kalian.
Kemudian kalian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui perkara ghaib
maupun perkara yang tampak lalu Allah akan mengabarkan kepada kalian apa saja
yang telah kalian kerjakan -di dunia-.” (QS. al-Jumu’ah: 8)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, bertakwalah
kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya kegoncangan pada hari kiamat itu adalah
suatu kejadian yang sangat dahsyat. Pada hari itu kamu akan melihatnya, setiap
ibu yang menyusui lalai dari susuannya, dan setiap ibu yang hamil pun
berguguran kandungannya. Dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal
sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi siksaan Allah yang amat keras.”
(QS. al-Hajj: 1-2).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari itu setiap orang akan
lari meninggalkan saudaranya, ibu maupun ayahnya, istri dan anak-anaknya.
Setiap orang diantara mereka pada hari itu memiliki urusan yang sangat
menyibukkan diri mereka sendiri.” (QS. ‘Abasa: 34-37)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan diletakkanlah kitab (catatan
amal) itu, maka kamu lihat orang-orang yang berbuat dosa dirundung ketakutan
melihat apa yang tertulis padanya, dan mereka berkata, “Kitab apakah ini; ia
tidak meninggalkan perkara yang kecil ataupun yang besar kecuali ia
perhitungkan juga.” Mereka dapati segala yang pernah mereka lakukan tertulis di
sana. Dan Rabbmu tidak akan berbuat zalim kepada siapapun.” (QS. al-Kahfi:
49)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami letakkan
timbangan-timbangan keadilan pada hari kiamat, maka tidak ada satu jiwa pun
yang akan terzalimi sedikit pun. Meskipun kebaikan itu hanya sekecil biji sawi,
maka Kami akan tetap mendatangkannya, dan cukuplah Kami sebagai penghisabnya.”
(QS. al-Anbiya’: 47)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi Rabbmu, Kami pasti akan
menanyai mereka semuanya tentang segala yang pernah mereka amalkan -di dunia-.”
(QS. al-Hijr: 92-93)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Berlomba-lombalah kalian menuju
ampunan dari Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.
Itulah karunia dari Allah, Allah memberikannya kepada siapa pun yang
dikehendaki oleh-Nya. Allah adalah pemilik karunia yang sangat agung.”
(QS. al-Hadid: 21)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menginginkan
kehidupan dunia serta perhiasannya maka Kami akan sempurnakan bagi mereka
balasan atas amal-amal mereka di dunia itu dalam keadaan mereka tidak dirugikan
sama sekali. Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan balasan apa-apa
di akherat kecuali neraka, lenyaplah sudah apa yang dahulu mereka perbuat di
sana, dan sia-sia amal yang dahulu mereka lakukan.” (QS. Hud: 15)
Allah ta’ala menceritakan ajakan seorang rasul kepada kaumnya (yang
artinya), “Wahai kaumku, ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepada
kalian jalan petunjuk. Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
kesenangan (yang semu), dan sesungguhnya akherat itulah tempat menetap yang
sebenarnya.” (QS. Ghafir: 38-39)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Akan tetapi ternyata kalian
lebih mengutamakan kehidupan dunia, sementara akherat itu lebih baik dan lebih
kekal.” (QS. al-A’la: 16-17)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri darinya maka tidak akan dibukakan untuk
mereka pintu-pintu langit dan tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa
masuk ke dalam lubang jarum. Demikian itulah Kami akan membalas orang-orang
yang berdosa/kafir itu.” (QS. al-A’raaf: 40)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka penduduk neraka pun
memanggil penduduk surga: ‘Berikanlah kepada kami air minum atau -makanan- apa
saja yang diberikan Allah kepada kalian.’ Maka mereka menjawab, ‘Sesungguhnya Allah
mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir’, yaitu orang-orang yang telah
menjadikan agama mereka sebagai bahan senda gurau dan permainan dan tertipu
oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini Kami lupakan mereka, sebagaimana dulu
-ketika di dunia- mereka telah melupakan hari pertemuan mereka ini dan juga
karena dahulu mereka senantiasa menentang ayat-ayat Kami.” (QS. al-A’raaf:
50-51)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal salih bagi mereka itu surga-surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang sangat besar…” (QS. al-Buruj: 11)
Dari Aisyah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Pada hari kiamat umat manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak
beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan.” Maka Aisyah mengatakan, “Wahai
Rasulullah, perempuan dan laki-laki dikumpulkan menjadi satu? Tentu saja mereka
akan saling melihat satu dengan yang lain.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya urusan di waktu itu lebih dahsyat
sehingga untuk saling memperhatikan satu dengan yang lain pun mereka tidak
sempat.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6527] dan Muslim dalam Kitab
al-Jannah wa Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2859])
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Kelak kematian akan didatangkan dalam bentuk seekor domba
putih kehitam-hitaman. Lalu ada yang berseru, ‘Wahai penduduk surga’ maka
mereka pun mendongakkan kepala seraya memandanginya. Lalu ditanyakan kepada
mereka, ‘Apakah kalian mengenalinya?’. Maka mereka menjawab, ‘Iya. Ini adalah
kematian.’ Dan mereka semua pun telah melihatnya. Lalu diserukan lagi, ‘Wahai
penduduk neraka.’ maka mereka pun mendongakkan kepalanya seraya memandanginya.
Lalu ditanyakan, ‘Apakah kalian mengenalinya?’. Mereka menjawab, ‘Iya. Ini
adalah kematian’. Dan mereka semua pun telah ikut melihatnya. Kemudian domba
(kematian) pun disembelih, dan dikatakan, ‘Wahai penduduk surga, kekallah. Tiada
lagi kematian’, ‘Wahai penduduk neraka, kekallah. Tiada lagi kematian.’
Kemudian Nabi membaca ayat (yang artinya), “Dan berikanlah peringatan kepada
mereka akan hari penyesalan ketika keputusan itu sudah ditetapkan sementara
mereka tenggelam dalam kelalaian.” Mereka memang berada dalam kelalaian; yaitu
para pemuja dunia, “dan mereka pun tidak beriman.” (QS. Maryam: 39).” (HR.
Bukhari dalam Kitab Tafsir al-Qur’an [4730])
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Apabila para penduduk surga telah memasuki surga dan para
penduduk neraka pun telah memasuki neraka maka didatangkanlah kematian hingga
diletakkan di antara surga dan neraka, kemudian kematian itu disembelih. Lalu
ada yang menyeru, ‘Wahai penduduk surga, kematian sudah tiada. Wahai penduduk
neraka, kematian sudah tiada’. Maka penduduk surga pun semakin bertambah
gembira sedangkan penduduk neraka semakin bertambah sedih karenanya.” (HR.
Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6544] dan Muslim dalam Kitab al-Jannah wa Shifatu
Na’imiha wa Ahliha [2850])
Dari Sahl radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, tempat meletakkan cemeti
di surga itu jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan sungguh berangkat
di pagi hari atau di sore hari dalam rangka berjuang di jalan Allah itu jauh
lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq
[6415])
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang masuk surga maka dia akan selalu senang
dan tidak akan merasa susah. Pakaiannya tidak akan usang dan kepemudaannya
tidak akan habis.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Jannah wa Shifatu Na’imiha
wa Ahliha [2836])
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ya Allah, tidak ada kehidupan sejati selain kehidupan
akherat.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6413])
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata, “Jadilah kalian anak-anak
akherat, dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah amal
dan belum ada hisab, sedangkan besok yang ada adalah hisab dan tidak ada lagi
waktu untuk beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq dalam Kitab ar-Riqaq,
lihat Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman hal. 1307).
Yahya bin Mu’adz ar-Razi rahimahullah berkata, “Dunia ini adalah khamr
setan. Barangsiapa yang mabuk karenanya niscaya dia tidak akan sadar kecuali di
tangan tentara kematian dalam keadaan menyesal bersama golongan orang-orang
yang merugi.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 482 cet. Dar al-Hadits)
Ada seseorang yang bertanya kepada Muhammad bin Wasi’, “Bagaimana keadaanmu
pagi ini?”. Beliau menjawab, “Bagaimanakah menurutmu mengenai seorang yang
melampaui tahapan perjalanan setiap harinya menuju alam akherat?” (lihat Jami’
al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 482)
Al-Marudzi mengatakan: Aku pernah bertanya kepada [Imam] Ahmad bin Hanbal,
“Bagaimana keadaanmu pagi ini?”. Maka beliau menjawab, “Bagaimanakah keadaan
seorang hamba yang Rabbnya senantiasa menuntutnya untuk menunaikan
kewajiban-kewajiban. Nabinya juga menuntut dirinya untuk mengerjakan
Sunnah/tuntunannya. Begitu pula, dua malaikat yang menuntutnya untuk
memperbaiki amalan. Sementara hawa nafsu menuntut dirinya untuk memperturutkan
kemauannya. Iblis mengajaknya untuk melakukan berbagai perbuatan keji. Malaikat
maut juga menunggu-nunggu untuk mencabut nyawanya. Dan di sisi yang lain, anak
dan istrinya pun menuntut untuk diberikan nafkah?!” (lihat Aina Nahnu min
Akhlaqis Salaf, hal. 19)
Sebagian orang arif berkata, “Bagaimana bisa merasakan kegembiraan dengan
dunia, orang yang perjalanan harinya menghancurkan bulannya, dan perjalanan
bulan demi bulan menghancurkan tahun yang dilaluinya, serta perjalanan tahun
demi tahun yang menghancurkan seluruh umurnya. Bagaimana bisa merasa gembira,
orang yang umurnya menuntun dirinya menuju ajal, dan masa hidupnya menggiring
dirinya menuju kematian.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 483)
Allahumma innaa nas’alukal jannah wa na’uudzu bika minan naar. Robbanaa
aatinaa fid dunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban naar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar